“Dijadikan indah pada pandangan manusia mencintai apa yang diinginkannya”. (Ali Imran : 14)
Allah menciptakan pada
diri manusia keinginan untuk mencapai apa yang diinginkannya. Inilah yang
disebut hawa nafsu. Tujuan diciptakannya hawa nafsu adalah untuk menjadi tolak
ukur derajat manusia dihadapan Allah. Apabila mampu menaklukan hawa nafsunya
maka derajatnya lebih mulia dari malaikat. Sebaliknya, apabila ditaklukkan hawa
nafsunya maka derajatnya lebih rendah dari iblis.
Dibalik itu, Allah
juga menciptakan sanubari yang tersimpan dalam hati kecil manusia. Didalamnya
terdapat kesadaran akan tugas dari Sang Penciptanya. Kesadaran ini memotivasi
manusia dalam berbuat kebaikan. Inilah yang disebut keimanan.
Coba kita rasakan !
ketika kita dihadapkan dengan zina, selalu muncul dua pemikiran dalam diri
kita. Satu sisi kita ingin melakukan zina, sisi lain kita sadar bahwa zina itu
perbuatan yang dilarang. Kedua pemikiran ini adalah hawa nafsu dan keimanan.
Permusuhan antara keduanya tidak akan pernah berhenti selama hidup manusia. Setiap
detik, keduanya selalu bertarung untuk merebut tahta kendali yang dalam hal ini
hati manusia lah sebagai pengendalinya.
Dalam hadis dikatakan
: “ingatlah, dalam tubuh kita terdapat satu anggota yang menjadi penguasa.
Jikalau ia selamat, maka selamatlah seluruh anggota tubuh kita, jika ia celaka,
maka celakalah seluruh anggota tubuh kita. Ingatlah, ia adalah hati”. (H.
R. Bukhori Muslim)
Gejolak perang yang
terjadi didalam diri manusia tergantung sang pengendalinya. Kemanakah sang
kendali akan memihak, pihak itulah yang akan menang. Ini adalah perang yang
berkepanjangan, tak kan ada habisnya selama manusia itu hidup. Hal ini
dikatakan nabi sebagai jihad yang sesungguhnya. Perang yang terjadi sepanjang
sejarah dengan senjata itu adalah perang yang kecil. Dalam Sejarah Islam perang
yang paling besar dan menakutkan adalah perang badar. Bahkan setelah ummat
Muslim menaklukkan perang badar, salah satu sahabat ada yang bertanya : “Ya
Rosulalloh ! adakah perang yang lebih berat dari perang badar ini ?” Rosul
menjawab : “kita baru saja menghadapi perang yang tidak ada apa-apanya,
nanti kita akan menghadapi perang yang lebih besar dan berbahaya”. Yang
dimaksud rosul adalah perang melawan hawa nafsu.
Jelaslah bahwa perang
yang sesungguhnya bukanlah perang dengan senjata, bukanlah perang antar bangsa,
bukanlah perang antar agama, tapi PERANG MELAWAN HAWA NAFSU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagi yang ingin berkomentar silahkan disini